Nama : Dzurotus Stimaril Fu`adil Ula
Alamat : Uranggantung – Jarit – Candipuro –
Lumajang
Terhadap
Wanita
Pepatah lama
berbunyi: “Barangsiapa pergi meninggalkan kambing betinanya maka kambing
betinanya itu akan mencari kambing jantan”. Artinya, barangsiapa tidak bisa
menyenangkan istrinya dan memuaskan jiwanya, kemungkinan besar nafsu istrinya tersebut
akan membujuknya untuk mencari laki-laki yang memiliki kehangatan dan
kelembutan tutur kata.
Allah memang
menganugerahkan fisik dan tubuh yang lebih kuat kepada kaum pria. Namun, allah
pun telah menganugerahkan perasaan yang lebih kuat kepada kaum wanita.
Terbukti, berapa banyak kekuatan pria yang gagah perkasa dan pemberani akhirnya
takluk di hadapan kekuatan perasaan seorang wanita. Salah satu kecakapan yang
diperlukan dalam bergaul dengan seorang wanita adalah mengetahui kunci yang
mempengaruhinya, yang tak lain adalah perasaan.
Bahkan, nabi SAW
Pernah berwasiat agar kita senantiasa berbuat baik terhadap wanita dan
menghormati perasaannya agar bisa hidup bahagia bersamanya. Beliau juga pernah
berpesan kepada para ayah agar selalu berbuat baik kepada putri-putrinya. Dalam
hadis disebutkan:
حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا
أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ
عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَالَ
جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ
أَصَابِعَهُ. (رواه مسلم)
Artinya: “Telah menceritakan kepadaku ['amru an naqid];
telah menceritakan kepada kami [abu ahmad az zubair]; telah menceritakan kepada
kami [muhammad bin 'abdul 'aziz] dari ['ubaidullah bin abu bakr] dari [anas bin
malik] dia berkata; rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'barang
siapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan
bersamanya di hari kiamat kelak.' beliau merapatkan kedua jarinya." )HR. Muslim(
Dan kepada anak dari wanita itu,
beliau juga mewasiatkan agar mereka memperlakukannya dengan baik. Hal ini
disebutkan dalam hadis:
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ ». قَالَ
ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أُمُّكَ ». قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أُمُّكَ ».
قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ. (رواه بخارى و مسلم) »
Artinya: "Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah
dan bertanya, wahai rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapat
perlakuan baikku. Rasulullah menjawab: ibumu. Kemudian siapa: ibumu. Kemudian
siapa: ibumu. Kemudian siapa: ayahmu." (HR. Bukhari Dan Muslim)
Nabi SAW juga berpesan kepada para
suami agar senantiasa memperlakukan istri-istrinya dengan baik dan beliau SAW pun
mencela setiap suami yang memarahi istrinya atau memperlakukannya dengan buruk.
Seperti yang dikutip dalam Al-Lu`Lu` Wa Al-Marjan karya Muhammad Fu`Ad
`Abdul-Baqi, berkata: “Salah satu kewajiban suami terhadap istri adalah
memperlakukannya dengan baik. Perlakuan baik kepadanya bukan hanya tidak
menyakitinya, melainkan juga bersabar atas perilaku buruk,
kelambanan dan kemarahannya untuk meneladani rasulullah saw. Ketahuilah ada
istri beliau yang mengejek beliau dengan mengulang perkataannya dan ada pula
yang tidak memedulikan beliau hingga malam. Lebih dari itu, laki-laki dapat
lebih bersabar atas perilaku buruk istri dengan humor yang bisa menyenangkan
hatinya.”
Pesan beliau SAW
pada saat haji wada`. Waktu itu, beliau berdiri di depan seratus ribuan orang
jamaah haji, dengan suara keras beliau SAW menyeru mereka semua dan salah satu
pesan dari seruan beliau itu berbunyi: ”Ingatlah bahwa aku telah mewasiatkan
kepada kalian agar memperlakukan kaum wanita dengan baik..., ingatlah bahwa aku
telah mewasiatkan kepada kalian agar memperlakukan kaum wanita dengan baik...”.
(HR. Tirmidzi dan Muslim)
Pada suatu ketika, sejumlah wanita
menemui istri-istri rasulullah SAW dan mengeluhkan sikap para suami mereka. Begitu
mengetahui hal tersebut, beliau SAW Pun berdiri di depan kaum muslimin dan
berkata kepada mereka semua, “Beberapa orang wanita telah menjumpai
istri-istri muhammad SAW Dan mengeluhkan sikap para suami mereka. Ketahuilah,
para suami mereka itu bukanlah yang terbaik di antara kalian...” (HR. Abu Daud)
Kemudian, pada suatu kesempatan,
beliau SAW Pernah bersabda, “Yang terbaik di antara kalian adalah yang
paling baik terhadap keluarganya, adan aku adalah yang terbaik dari kalian
terhadap keluargaku.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Bahkan, dalam penghormatan atau
pemuliaan agama islam terhadap wanita ini sampai pernah terjadi peperangan.
Sejumlah nyawa melayang dan sekian banyak kepala terpenggal hanya demi membela
kehormatan seorang wanita saja.
Peristiwa
dalam pasar yang dilakukan oleh yahudi adalah ketika seorang wanita muslim
dipaksa oleh seorang yahudi untuk melepaskan jilbabnya yang berakhir
dengan menyobek pakaiannya hingga
terbuka auratnya. Pelakunya adalah seorang pedagang emas, kemudian dibunuh oleh seorang muslim yang melihat pelecehan
tersebut, dan kemudian membalasnya dengan pembunuhan. Ketika Rasulullah SAW mendengar
kabar tentang kericuhan di pasar bani Qainuqa`, pelanggaran yang
dilakukan orang-orang yahudi, dan pelecehan terhadap kaum muslimah tersebut,
beliau SAW murka. Maka, beliau memerintahkan tentara kaum muslimin untuk
menyerang dan mengepung mereka. Dan akhirnya, merekapun menyerah dan siap
menerima hukuman dari Rasulullah yang aka ditimpakan kepada mereka. Akhirnya
terjadilah arbitrase dimana banu Qainuqa` dapat pembelaan dari Abdullah
Ibn Ubayy Ibn Salul, namun keputusannya banu Qainuqa` diusir dari
madinah. Begitulah islam membela kehormatan dan kemuliaan kaum wanita.
Bahkan,
seorang wanita yang senantiasa memelihara aurat dan kehormatannya berhak untuk
mendapatkan pembelaan. Seperti kisah seorang sahabat wanita yang salehah yaitu Haulah
Binti Tsa`Labah R.A. dan suaminya, Aus Ibn Shamit seorang yang sudah
sangat tua dan mudah terpancing amarahnya.
Suatu hari,
sepulang dari perkumpulan dengan kaumnya, Aus Ibn Shamit langsung
menjumpai istrinya dan membicarakan suatu hal dengannya. Namun, istrinya
membantah hingga terjadi perselisihan di antara keduanya. Aus Ibn Shamit marah
dan berujar kepadanya, “Bagiku, engkau saat ini bagaikan punggung ibuku
sendiri”. Lalu ia pergi meninggalkannya dengan masih memendam amarah di
dadanya. Pada zaman jahiliyah, apabila seorang berkata kepada istrinya seperti
itu berarti ia telah menjatuhkan talak kepadanya. Adapun dalam islam, haulah
saat itu belum mengetahui hukumnya. Lalu, haulah menemui Rasulullah SAW dan
menceritakan apa yang dikatakan suaminya, serta mengeluhkan tentang peringainya
yang kasar terhadap dirinya. Rasulullah SAW berusaha untuk menyabarkannya.
Haulah terdiam sesaat, dengan menahan perasaannya, ia berkata: “Wahai Rasulullah,
dia sudah menghabiskan masa mudaku dan aku juga telah mengandung anak
keturunannya. Namun, ketika aku sudah tua dan tidak bisa lagi memberinya anak,
ia tega mengucapkan perkataan seperti itu kepadaku. Ya allah, aku mengadu
kepadamu...”
Setelah allah
menurunkan wahyu tentang hukum yang berhubungan
dengan masalah yang tengah dihadapi keduannya. Rasulullah SAW memanggil
haulah dan membacakan firman allah, yaitu:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ
فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ
اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Artinya: “Allah
benar-benar telah mendengar wanita yang mendebatmu tentang hal ihwal suaminya
yang menjatuhkan sumpah zihar kepadanya dan mengeluhkannya kepada Allah. Allah
mendengar perkataan yang kalian berdua perdebatkan. Pendengaran- Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu yang mungkin didengar dan penglihatan-Nya
meliputi segala sesuatu yang mungkin terlihat.” (QS. Al-Mujadilah:1)
Kemudian,
beliau SAW berkata kepadanya: “Mintalah kepada suamimu untuk memerdekakak
seorang budak.”
Haulah
menjawab: “Wahai Rosulullah, dia tidak memiliki seorang budak pun untuk ia
merdekakan.”
Rasulullah
bersabda: “Kalau begitu, suruhlah ia berpuasa selama dua bulan
berturut-turut.”
Haulah
berkata: “Demi allah, dia adalah orang yang sudah tua renta dan tidak akan
sanggup berpuasa.”
Rasulullah
berkata: “Perintahkan kepadanya untuk memeberi makan 60 orang miskin dengan
segantang kurma.”
Haulah
menjawab: “Wahai Rasulullah, dia tidak memiliki harta sebanyak itu.”
Maka
berkatalah Rasulullah SAW: “Aku akan membantunya dengan sejanjang kurma.”
Haulah
menimpal: “Demi allah, saya akan membantunya dengan sejanjang kurma pula, ya Rasulallah.”
Mendengar
jawaban itu, beliau berkata, “Keputusanmu itu sangat tepat dan baik. Maka,
laksanakanlah dan bersedekahlah untuknya. Dan kemudian, aku wasiatkan kepadamu
agar selalu memperlakukan suamimu itu dengan baik.” (HR.Ahmad dan Abu Daud)
Maha suci dzat
yang telah mengaruniakan kepada beliau SAW kelembutan dan pribadi yang
senantiasa berempati terhadap orang lain sampai pada kesulitan-kesulitan
pribadi mereka ketika berhubungan dengan setiap orang dari mereka.
Betapapun,
wanita itu tidak akan dimuliakan kecuali orang yang mulia. Dan sebaliknya, ia
tidak akan direndahkan kecuali oleh orang yang hina.
Renungan: “Kadangkala
seorang wanita bisa bersabar atas kemiskinan, ketidak tampanan, dan kesibukan
suaminya. Akan tetapi, sangat jarang wanita yang bisa bersabar menghadapi
keburukan perilaku suaminya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar