Jumat, 18 Maret 2016

TERHADAP WANITA

Nama              : Dzurotus Stimaril Fu`adil Ula
Alamat            : Uranggantung – Jarit – Candipuro – Lumajang
Terhadap Wanita
Pepatah lama berbunyi: “Barangsiapa pergi meninggalkan kambing betinanya maka kambing betinanya itu akan mencari kambing jantan”. Artinya, barangsiapa tidak bisa menyenangkan istrinya dan memuaskan jiwanya, kemungkinan besar nafsu istrinya tersebut akan membujuknya untuk mencari laki-laki yang memiliki kehangatan dan kelembutan tutur kata.
Allah memang menganugerahkan fisik dan tubuh yang lebih kuat kepada kaum pria. Namun, allah pun telah menganugerahkan perasaan yang lebih kuat kepada kaum wanita. Terbukti, berapa banyak kekuatan pria yang gagah perkasa dan pemberani akhirnya takluk di hadapan kekuatan perasaan seorang wanita. Salah satu kecakapan yang diperlukan dalam bergaul dengan seorang wanita adalah mengetahui kunci yang mempengaruhinya, yang tak lain adalah perasaan.
Bahkan, nabi SAW Pernah berwasiat agar kita senantiasa berbuat baik terhadap wanita dan menghormati perasaannya agar bisa hidup bahagia bersamanya. Beliau juga pernah berpesan kepada para ayah agar selalu berbuat baik kepada putri-putrinya. Dalam hadis disebutkan:
حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ. (رواه مسلم)
Artinya: “Telah menceritakan kepadaku ['amru an naqid]; telah menceritakan kepada kami [abu ahmad az zubair]; telah menceritakan kepada kami [muhammad bin 'abdul 'aziz] dari ['ubaidullah bin abu bakr] dari [anas bin malik] dia berkata; rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'barang siapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan bersamanya di hari kiamat kelak.' beliau merapatkan kedua jarinya." )HR. Muslim(
            Dan kepada anak dari wanita itu, beliau juga mewasiatkan agar mereka memperlakukannya dengan baik. Hal ini disebutkan dalam hadis:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ ». قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أُمُّكَ ». قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أُمُّكَ ». قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ. (رواه بخارى و مسلم) »
Artinya: "Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah dan bertanya, wahai rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapat perlakuan baikku. Rasulullah menjawab: ibumu. Kemudian siapa: ibumu. Kemudian siapa: ibumu. Kemudian siapa: ayahmu." (HR. Bukhari Dan Muslim)
            Nabi SAW juga berpesan kepada para suami agar senantiasa memperlakukan istri-istrinya dengan baik dan beliau SAW pun mencela setiap suami yang memarahi istrinya atau memperlakukannya dengan buruk. Seperti yang dikutip dalam Al-Lu`Lu` Wa Al-Marjan karya Muhammad Fu`Ad `Abdul-Baqi, berkata: “Salah satu kewajiban suami terhadap istri adalah memperlakukannya dengan baik. Perlakuan baik kepadanya bukan hanya tidak menyakitinya, melainkan juga bersabar atas perilaku buruk, kelambanan dan kemarahannya untuk meneladani rasulullah saw. Ketahuilah ada istri beliau yang mengejek beliau dengan mengulang perkataannya dan ada pula yang tidak memedulikan beliau hingga malam. Lebih dari itu, laki-laki dapat lebih bersabar atas perilaku buruk istri dengan humor yang bisa menyenangkan hatinya.”
Pesan beliau SAW pada saat haji wada`. Waktu itu, beliau berdiri di depan seratus ribuan orang jamaah haji, dengan suara keras beliau SAW menyeru mereka semua dan salah satu pesan dari seruan beliau itu berbunyi: ”Ingatlah bahwa aku telah mewasiatkan kepada kalian agar memperlakukan kaum wanita dengan baik..., ingatlah bahwa aku telah mewasiatkan kepada kalian agar memperlakukan kaum wanita dengan baik...”. (HR. Tirmidzi dan Muslim)
            Pada suatu ketika, sejumlah wanita menemui istri-istri rasulullah SAW dan mengeluhkan sikap para suami mereka. Begitu mengetahui hal tersebut, beliau SAW Pun berdiri di depan kaum muslimin dan berkata kepada mereka semua, “Beberapa orang wanita telah menjumpai istri-istri muhammad SAW Dan mengeluhkan sikap para suami mereka. Ketahuilah, para suami mereka itu bukanlah yang terbaik di antara kalian...” (HR. Abu Daud)
            Kemudian, pada suatu kesempatan, beliau SAW Pernah bersabda, “Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, adan aku adalah yang terbaik dari kalian terhadap keluargaku.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
            Bahkan, dalam penghormatan atau pemuliaan agama islam terhadap wanita ini sampai pernah terjadi peperangan. Sejumlah nyawa melayang dan sekian banyak kepala terpenggal hanya demi membela kehormatan seorang wanita saja.
Peristiwa dalam pasar yang dilakukan oleh yahudi adalah ketika seorang wanita muslim dipaksa oleh seorang yahudi untuk melepaskan jilbabnya yang berakhir dengan  menyobek pakaiannya hingga terbuka auratnya. Pelakunya adalah seorang pedagang emas, kemudian dibunuh  oleh seorang muslim yang melihat pelecehan tersebut, dan kemudian membalasnya dengan pembunuhan. Ketika Rasulullah SAW mendengar kabar tentang kericuhan di pasar bani Qainuqa`, pelanggaran yang dilakukan orang-orang yahudi, dan pelecehan terhadap kaum muslimah tersebut, beliau SAW murka. Maka, beliau memerintahkan tentara kaum muslimin untuk menyerang dan mengepung mereka. Dan akhirnya, merekapun menyerah dan siap menerima hukuman dari Rasulullah yang aka ditimpakan kepada mereka. Akhirnya terjadilah arbitrase dimana banu Qainuqa` dapat pembelaan dari Abdullah Ibn Ubayy Ibn Salul, namun keputusannya banu Qainuqa` diusir dari madinah. Begitulah islam membela kehormatan dan kemuliaan kaum wanita.
Bahkan, seorang wanita yang senantiasa memelihara aurat dan kehormatannya berhak untuk mendapatkan pembelaan. Seperti kisah seorang sahabat wanita yang salehah yaitu Haulah Binti Tsa`Labah R.A. dan suaminya, Aus Ibn Shamit seorang yang sudah sangat tua dan mudah terpancing amarahnya.
Suatu hari, sepulang dari perkumpulan dengan kaumnya, Aus Ibn Shamit langsung menjumpai istrinya dan membicarakan suatu hal dengannya. Namun, istrinya membantah hingga terjadi perselisihan di antara keduanya. Aus Ibn Shamit marah dan berujar kepadanya, “Bagiku, engkau saat ini bagaikan punggung ibuku sendiri”. Lalu ia pergi meninggalkannya dengan masih memendam amarah di dadanya. Pada zaman jahiliyah, apabila seorang berkata kepada istrinya seperti itu berarti ia telah menjatuhkan talak kepadanya. Adapun dalam islam, haulah saat itu belum mengetahui hukumnya. Lalu, haulah menemui Rasulullah SAW dan menceritakan apa yang dikatakan suaminya, serta mengeluhkan tentang peringainya yang kasar terhadap dirinya. Rasulullah SAW berusaha untuk menyabarkannya. Haulah terdiam sesaat, dengan menahan perasaannya, ia berkata: “Wahai Rasulullah, dia sudah menghabiskan masa mudaku dan aku juga telah mengandung anak keturunannya. Namun, ketika aku sudah tua dan tidak bisa lagi memberinya anak, ia tega mengucapkan perkataan seperti itu kepadaku. Ya allah, aku mengadu kepadamu...”
Setelah allah menurunkan wahyu tentang hukum yang berhubungan  dengan masalah yang tengah dihadapi keduannya. Rasulullah SAW memanggil haulah dan membacakan firman allah, yaitu:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Artinya: “Allah benar-benar telah mendengar wanita yang mendebatmu tentang hal ihwal suaminya yang menjatuhkan sumpah zihar kepadanya dan mengeluhkannya kepada Allah. Allah mendengar perkataan yang kalian berdua perdebatkan. Pendengaran- Nya benar-benar meliputi segala sesuatu yang mungkin didengar dan penglihatan-Nya meliputi segala sesuatu yang mungkin terlihat.” (QS. Al-Mujadilah:1)
Kemudian, beliau SAW berkata kepadanya: “Mintalah kepada suamimu untuk memerdekakak seorang budak.”
Haulah menjawab: “Wahai Rosulullah, dia tidak memiliki seorang budak pun untuk ia merdekakan.”
Rasulullah bersabda: “Kalau begitu, suruhlah ia berpuasa selama dua bulan berturut-turut.”
Haulah berkata: “Demi allah, dia adalah orang yang sudah tua renta dan tidak akan sanggup berpuasa.”
Rasulullah berkata: “Perintahkan kepadanya untuk memeberi makan 60 orang miskin dengan segantang kurma.”
Haulah menjawab: “Wahai Rasulullah, dia tidak memiliki harta sebanyak itu.”
Maka berkatalah Rasulullah SAW: “Aku akan membantunya dengan sejanjang kurma.”
Haulah menimpal: “Demi allah, saya akan membantunya dengan sejanjang kurma  pula, ya Rasulallah.”
Mendengar jawaban itu, beliau berkata, “Keputusanmu itu sangat tepat dan baik. Maka, laksanakanlah dan bersedekahlah untuknya. Dan kemudian, aku wasiatkan kepadamu agar selalu memperlakukan suamimu itu dengan baik.” (HR.Ahmad dan Abu Daud)
Maha suci dzat yang telah mengaruniakan kepada beliau SAW kelembutan dan pribadi yang senantiasa berempati terhadap orang lain sampai pada kesulitan-kesulitan pribadi mereka ketika berhubungan dengan setiap orang dari mereka.
Betapapun, wanita itu tidak akan dimuliakan kecuali orang yang mulia. Dan sebaliknya, ia tidak akan direndahkan kecuali oleh orang yang hina.
Renungan: “Kadangkala seorang wanita bisa bersabar atas kemiskinan, ketidak tampanan, dan kesibukan suaminya. Akan tetapi, sangat jarang wanita yang bisa bersabar menghadapi keburukan perilaku suaminya.”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar